Selasa, 21 Mei 2013

Islam agama terakhir dan pelengkap



                                             Islam agama terakhir dan pelengkap


Nama lengkap saya Adrie Oral Lolowang, saya dipanggil Adrie tetapi lebih banyak orang memanggil saya Oral karena nama tersebut adalah nama kesayangan. Saya dilahirkan di Tompasa Baru, sebuah desa di daerah kabupaten Minahasa Selatan - Manado - Sulawasi Utara pada tanggal 5 -10-1972. Saya lahir dari keluarga Pendeta atau keluarga Pelayan Rumah Tuhan yang sering disebut Keluarga Lewi, ka-rena bapak saya pendeta, kakek saya pendeta dan buyut saya-pun Pendeta.

Setamat SMA th. 1991, saya melanjutkan belajar di Sekolah Alkitab di kota Malang- Jawa Timur, dan setelah tamat dari Sekolah Alkitab saya langsung ditugaskan di daerah Cileungsi sebagai Pengerja atau Pembantu Pendeta. Selama bertugas di Cileungsi, saya tinggal di Kenari Mas hingga saat ini. Pada tahun 1997 saya melanjutkan belajar ke Sekolah Alkitab di Cianjur-Jawa Barat., Pada tahun 2003, saya melanjutkan pendidikan di salah satu sekolah tinggi Theologia di Jakarta untuk mendapatkan kesarjanaan dibidang theologi - S1/Sth- namun tidak sampai selesai. Pada tahun 2005 saya kembali melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Theologia di Lampung cabang Bekasi.

Pada tahun 1995 saya menjadi Pengajar Pendidikan Agama Kristen di SMA Negeri 1 - Cileungsi dan telah mengikuti Penataran Guru-Guru Agama Kristen tingkat Propinsi sebanyak tiga periode yaitu pada tahun 1995, 1999 dan 2003 yang dilaksanakan oleh Bimas Kristen Jawa Barat, dan berhenti menjadi penga-jar setelah memeluk agama Islam. Setelah menjadi guru honorer selama 10 tahun, seharusnya pada tahun 2006 ini, saya akan mengikuti pengangkatan PNS sebagai guru agama Krsiten tetapi batal karena memeluk agama Islam.

Pada tahun 2003, saya dipercaya memimpin Badan Kerja Sama Gereja yaitu gereja-gereja di tingkat Kecamatan sebagai Sekretaris untuk periode 2003-2007, namun pada tahun 2004 saya memutuskan untuk tidak aktif dalam Badan Kerja Sama Gereja tersebut. Jabatan terakhir saya adalah sebagai Gembala atau Pimpinan salah satu Jemaat sebuah Gereja dan berhenti setelah memeluk agama Islam.
Islam agama terakhir dan pelengkap

Selama dua sampai tiga tahun saya memendam dan mengubur gejolak dan pemberontakan dalam batin saya, saya merasakan bahwa pemahaman yang saya dapatkan dalam agama Kristen, sepertinya harus ada sesuatu yang melengkapi semua yang aku yakini. Semakin menyelidik kebenaran tentang Alkitab dalam pelajaran Theologia semakin saya mendapatkan kemungkinan kekeliruan dalam Alkitab. Semakin saya belajar tentang Alkitab semakin saya mendapati Islam agama yang dapat menyempurnakan keyakinan yang selama ini saya pelajari dalam Perbandingan agama.

Dan akhir dari semua gejolak dan pemberontakan yang ada dalam batin saya adalah saya menyadari dengan sendirinya bahwa saya merasa yakin dan menyimpulkan Islam sebagai Agama Terakhir dan Agama Penyempurna.

Namun, apakah lantas saya langsung memutuskan untuk memeluk Islam dan meniggalkan agama kebanggaan saya, bapak saya, kakek saya dan buyut saya ?

Itu tidak mungkin…….

Kata hati kecil saya : ‘Lihatlah jabatanmu dan lihatlah keluargamu, yang telah memberikan kecukupan dan kebanggaan hidup selama ini, apakah kamu akan meninggalkan semua itu untuk memeluk agama Islam ? Apakah Islam dapat mengganti pekerjaan dan jabatan untuk masa depan kamu ?’

Betul apa kata hati kecil saya, apakah setelah memeluk Islam saya dapat memperoleh kecukupan hidup atau bahkan kebanggaan, apakah saya bisa mendapatkan pekerjaan setelah saya masuk Islam, atau siapkah saya mengambil semua resiko yang mungkin terjadi karena memutuskan untuk masuk Islam ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus bergejolak, melahirkan keraguan dan pemberontakan dalam batin saya, walaupun saya telah mengetahui kebenaran Islam, tetapi, saya tidak berani mengambil resiko untuk keluar dari Kristen dan melepaskan apa yang telah saya dapat selama ini.

Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, tetapi saya mulai melakukan perlawanan dan pemberontakan yang sebetulnya tidak perlu, mulai dari melawan pimpinan gereja yang menurut saya beliau keliru dalam mengambil kebijakan hingga pemberontakan yang saya lakukan dalam keluarga, misalnya saya sering tidak di rumah hingga berbulan-bulan hanya untuk menyembunyikan gejolak kebenaran dalam batin dan saya sering melakukan hal yang tidak baik, misalnya saya pernah mendekati seorang perempuan muslim yang tidak mungkin akan diterima oleh Gereja karena jabatan Pendeta dan Guru Agama. Kristen tidak bisa dikotori dengan pergaulan dengan wanita yang bukan istrinya. Saya sering mengambil barang milik keluarga sebagai pelampiasan ketidak puasan dalam beberapa hal yang saya temui dalam keluarga saya.

Namun, saya masih tetap melakukan tugas sebagai Pendeta dan Guru Agama seperti sebelumnya, dan apa yang saya lakukan pasti semua itu dapat dikatakan penuh dengan kemunafikan. Hingga pada akhirnya, sebagai Pimpinan Jemaat dan seorang guru, saya mulai melakukan hal-hal yang tidak benar karena saya mulai ragu terhadap apa yang selama ini saya yakini dan tidak dapat menyembunyikan sikap keraguan saya tersebut.

Keputusan masuk Islam

Jumat 18-11-2005 sekitar jam 15.00 WIB, seusai mengajar Pendidikan Agama Kristen dan mengarahkan Panitia Natal Pelajar Kristen 2005 yang saya pimpin, dengan pikiran dan batin berkecamuk, yang seharusnya selesai tugas itu saya langsung pulang ke rumah, tetapi saya justru berbalik arah untuk mencari masjid dan seorang ustadz atau kiai yang bisa memberi jawaban terhadap apa yang saya cari selama ini dan setidaknya mengislamkan saya.

Sampai di sebuah masjid, saya masuk lihat kanan-kiri sambil menunggu orang yang bisa saya temui untuk menyelesaikan pergolakan hidup ini. Ternyata sudah hampir 2 jam saya di masjid itu, tidak ada seorangpun yang saya jumpai yang kira-kira bisa memberi petunjuk bagi saya. Lalau saya memutuskan keluar dari masjid tersebut untuk mencari masjid yang lain dengan harapan dapat menjumpai seseorang yang dapat memberi petunjuk kepada saya.

Tidak terlalu lama akhirnya nampak menara masjid yang tingi, maka langsung saya langkahkan kaki menuju masjid tersebut dan melakukan hal sama seperti pada masjid yang pertama, yaitu tengok kanan-kiri sambil menunggu seseorang yang dapat diharapkan bisa memberikan petunjuk atas permasalahan yang saya alami. Rupanya Allah SWT masih memperpanjang jalan saya untuk mendapatkan jawaban kebenaran, karena hingga beberapa jam tidak seorangpun yang saya jumpai yang kira-kira bisa memberikan petunjuk bagi saya.

Karena tidak mungkin saya terus menunggu, maka saya coba menuju ke warung samping Masjid dan memberanikan diri bertanya kapada penunggu warung tersebut apakah ada kiai atau ustadz di sekitar masjid ini.

Tetapi, rupanya Allah SWT masih memperpanjang jalan usaha saya, karena ternyata penunggu warung tersebut baru sebulan bekerja di tempat itu sehingga tidak dapat memberikan jawaban seperti yang saya inginkan, bahkan nama daerah tempat dia tinggalpun tidak tahu.

Akhirnya, saya teringat bahwa di depan jalan ada plang sebuah yayasan dan terdapat nomor Telepon Yayasan Pengobatan. Karena yayasan tersebut berada dekat dengan masjid, pikir saya, tentulah orang yang ada dalam yayasan tersebut mengetahui ada tidaknya kiai atau ustadz di sekitar masjid tersebut. Maka saya beranikan untuk menelpon yayasan tersebut dan langsung menanyakan tanpa basa-basi apakah ada kiai atau ustadz yang dapat membimbing saya untuk masuk Islam.

Dari seberang telepon yang saya hubungi memberi jawaban bahwa kebetulan pemilik yayasan itu sudah biasa meng-Islam-kan orang. Akhirnya dengan diantar oleh penerima telepon tadi, saya menemui pimpinan yayasan itu untuk mau meng-Islam-kan saya. Kata hati saya, untuk sementara saya akan merahasiakan ke-Islam-an kepada orang lain, cukup diri saya telah meyakini Islam.

Rupanya Allah SWT masih memperpanjang tekad saya untuk sampai kepada Islam, karena ternyata, setelah saya kemukakan keinginan saya, pimpinan Yayasan tidak langsung mau menerima niat baik saya, padahal menurut prasangka saya dan mungkin juga menurut prasangka kebanyakan orang, saya akan langsung diterima dengan sambutan hangat bagai orang yang baru lahir bahkan seperti raja baru yang dihormati dan dihargai, tetapi justru tidak.

Mereka mengintrogasi saya seperti seorang tersangka, bertanya tentang indentitas, latar belakang dan banyak hal tentang saya secara detil dan teliti, mereka tidak langsung meng-Islam-kan saya seperti yang saya harapkan, tetapi mereka mempersilahkan saya untuk datang kembali besok hari untuk di-Islam-kan.

Sabtu 19-11-2005 saya kembali ke tempat itu, dan karena saya belum di khitan, sebagai bagian dari jalan saya untuk memeluk agama Islam, hari itu juga saya dikhitan, dan pada hari Minggu 20-11-2005 jam 18.30 WIB saya dibimbing membaca dua kalimat syahadat dan sekaligus memakai nama Islam Muhammad Syawaludin.

Sampai kisah ini ditulis, pihak gereja telah mengetahui ke-Islam-an saya, saya masih tinggal di gereja bersama istri yang juga pimpinan jemaat, tentu saja saya tidak bisa selamanya tinggal di dalam gereja, karena geraja tersebut adalah rumah dinas saya dari ke-gereja-an dan gereja hanya diperuntukkan bagi orang-orang Kristen, dan saya harus siap terusir dari gereja tersebut yang berarti saya akan terpisah dengan keluarga saya untuk menempuh jalan yang lain yaitu jalan menuju keselamatan dunia-akhirat.

Doa dan dukungan dari saudara-saudaraku sesama muslim, sangat saya harapkan, agar saya tegar berada di jalan Islam hingga matiku. ( al-islah )
Untuk Bapak Syawaludin yang dikasihi Allah SWT….,
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14)

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. 31:15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar