Hikmah Di Balik Sebuah Musibah... “Peristiwa Itu
Terjadi Lagi"
“Trrrt…trrrt…trrrt..” bunyi getaran sms masuk ke telepon genggamku yang
berada di kantong depan celanaku. Aku ambil dan langsung tekan simbol telepon
warna jihau dan tekan bintang. Lalu ok. Di dalam pesan singkat itu, ada sebuah
tulisa beerapa kata;” assalamualaikum….bang…abang punya no xl nggak?” langsung
aku balas pesan singkat itu dengan degupan hati yang sangat kencang karena
penasara, setelah beberapa minggu belum pernah ngasih kabar ataupun kondisi aku
di rantau orang ini kepada keluarga yang jauh dimata di tanah kelahiran.
“waalaiakumussalam…..adek….ada apa dek? Abang nggak punya no xl, ke no
abang yang biasa aja kalau mau dihubingin abang” lalu tekan kirim pesan ke no
adek tadi.
Sambil jalan dengan perasaan tidak tenang, tapi aku masih berusaha tetap
husnusan keadaan keluarga di kampung. Tetap ditunggu balasan pesan singkatnya.
Setelah 10 menit kemudian, balasannya tetap tak kunjung datang. Dengan
pearasaan yang tidak tenang, aku langsung isi pulsa sebesar Rp 10 ribu di
konter terdekat biar aku bisa buat TM dengan tujuan bisa lama bicaranya dengan
keluarga di kampung. Meskipun sisa uang hanya tinggal Rp ribu lagi disaku.
Setelah ada masuk pesan ke hp pertanda pulsa yg diisi tadi sudah masuk.
Aku langsung menghubungi no contact kakak ku. Teleponnya diangkat terdengar
suara halus kakakku. “ assalamualaikum dek…” sahut kakak. “
“ waalaikumussalam kak” jawabku dengan suara pelan.
“ada apa ya kak, apa kabar keluarga di rumah kak. Sudah tiga minggu saya
nggak pernah hubungi ke rumah, apa ayah dan ibu sehat-sehat saja?” Dengan
perasaan hati yang gemetar.
“alhamdulillah..semuanya sehat-sehat saja.?….denga jawaban begitu singkat..
“ibu diamana ya kak?”
“ ibu ada disini, adek mau bicara ama ibu, bentar ya biar kakak kasih ke
ibu hp ini?”…
“ia kak..!!!” dengan hati semkain bergetar.
“assalamualaikum nak„,? Dengan suara lelahnya. Terdengar suara yang amat
lembut tapi beda dari suara-suara ibu sebelumnya, tak seperti biasanya.
Aku tersentak mendengar salam ibu lewat hp itu..
“waalaikumussalam bu…..ibu kenapa?…ibu sakit ya? Ibu udah makan?”
pertanyaan itu terus aku sapakan ke ibu, tapi ibu pasti jawab sehat, udah, itu
terus jawaban ibu kalau pertanyaan itu yang aku sapakan ke ibu. Meskipun ibu
dalam keadaan sakit dan lelah karena siangnya seharian di kebun nyari nafkah
bersama ayah. Aku tahu kalau ibu dan ayah tidak ingin aku khawatir tentang
mereka dikampung. Tapi aku seorang anak yang tidak ingin membiarkan orang
tuanya berlelah-lelah di tengah kebun yang panas, dari jam 06.00 pagi
membelakangi matahari sampi pukul 06.00 itu disentuh jarum panjang disenuth
kemabli merubah hari menjadi malam. Demi memperjuangkan anak-anaknya tetap
berbakti pada orang tua, agama dan negara.
“nak…kamu udah makan belum?” [ertanyaan tadi dibalikkan ke aku.
Dan aku pun jeran.
“udah mak…ibu kenapa, ibu sakit ya, dari suara ibu, ibu seprtinya sakit,
ibu capek ya?”
“nak kalau kamu udah nggak punya uang lagi, kasih tau ibu ama ayah..jangan
didiamkan aja, ibu khwatir keadaan kamu dissana….” terdengar suara ibu
sepertinya ingin menangis.
“ibu„,ibu jangan menangis, saya disini baik-baik aja bu„tadi saya baru
selesai ngikutin kepanitiaan dikampus. Alhamdulillah selesi juga bu…”
“ nak….kalau kamu udah g punya uang lagi…kasih tau ibu dan ayah disini..”
suara ibu , tangisan ibu semakin jelas„
“ibu kenapa menangis, saya baik-baik aja kok bu„,ini disaku masih ada kok
bu buat makan, ibu nggak usah khaawtir, nanti kalau udah habis pati kok
dikabarin ama ayah dan ibu di kampung..” aku pun heran kenapa pertanyaan itu
teus yang ditanyakan oleh ibu.
“ nak ….kenapa ditelepon ke kampung?
aku pun semakin heran..” ooo…tadi dek siska sms fauzy, katanya kakak mau
bicara ama fauzy, langsung deh fauzy telepon bu?”
“ ibu ada apa rupanya di rumah?”
Tangisan ibu semakin jelas
“ nak semuanya udah hilang, usaha kebun kita yang udah diolah 1 tahun ini
udah hanyut lagi oleh sungai yang di dekat kebun kita, tanaman-tanamannya
banyak yang hanyut nak„padahal beberapa bulan lagi akan bisa dipanen, nanti uangnya
buat belanja kamu disana.” Tangisan ibu yang memilukan hatiku. Aku nggak tahan
mendengar tangisan ibu yang dengan kelelahan setiap hari. Seperti nya aku ini
sungguh egois dengan ini semua, tidak bisa bantu-bantu ayah dan ibu di
kebun. Aku bisanya hanya ,menghabiskan hasil jerih payah mereka. Ya Allah
ampunilah hamba ini, hamba belum bisa bersama selalu dengan ayah dan ibu ku
untuk mencari nafkah, tapi aku selalu mengirimkan do’a kepada mereka lewat
karunia dan rahmat Mu ya Allah.
Dengan hati yang sakit karena peristiwa itu dan linangan air mata yang
ingin jatuh dari mata.” Ibu„„semua riski itu udah di atur oleh Allah…kita hanya
tinggal mencari rizky nya lewat usaha-usaha yang udah dilakukan sepenuhnya
dengan hati ikhlas ibu dan ayah. Fauzy tau bu„,ibu dan ayah udah bersusah payah
, tapi jangan karena peristiwa ini kita jadi durhka kepada Allah bu.
Ibu…mungkin karena hujan yang masih mengguyur kampung kita menjadi penyebab
sungai di dekat kebun kita meluap dan menghanyutkan tanah lahan kita. Dan bisa
jadi hati kita akan berbicara karena emosi yang selalu dibawa akan tetap
menjadikan hujan ini sebagai penyabanya. Tapi bu kita juga memikrikan orang
lain bahwa mungkin saja hujan ini menjadi rahmat bagi mereka yang membutuhkan.
Apalagi masyarakat yang lagi mengolah sawahnya.
Ibu„,kita sabar kan saja…insyaAllah ada rahasia Allah dibalik ini semua.
Fauzy yakin bu karena Allah„pasti ada rezeky Allah yang ingin mendatangi ibu
dari usaha lain. Kita tetap jagakan hati agar tidak menjadi orang lupa akan
kepastian Nya bu.
Ini semua saya dapat pelajari dari ibu, ibu yang mengajari aku kalau ibu
selesai ngikutin pengajian di kampung. Ibu yang bilang ke fauzy„,siapa yang mau
dan dia berusaha..maka Allah akan terus melimpahkan rezeky nya. Masih ingat kan
bu.”
“nasihat ibu ini yang terus fauzy pegang bu, sampai tetap teguh keinginan
menjadi orang besar dan membahagiakan ayah dan ibu. Dan nasihat ibu itu
membuktikan bahwa fauzy bisa kuliah di perguruan tinggi yang favorite di jawa
bu. Nasihat ibu itu yang membuat fauzy tetap pendiriannya bu. Fauzy tidak
pernah berkecil hati dengan kondisi ekonomi kita yang sangat rendah bu. Pasti
di balik kemiskinan kita ini ada suatu saat, menjadi sebuah perubahan
besar dari Allah bu. Asalkan kita tetap yakin kepada Nya dan tetap berusaha.
“ibu…boleh nggak nagsih 1 kalimat ke ibu..” dengan aliran air mata yang
semaki membuat aku menjadi pilu hati mendengar kesedihan ibu kandungku.
“apa nak..?”
“ibu 2 hari kemarin fauzy ngikutin pengajian di kampus, ada 1 kalimat yang
menyadarkan hati fauzy bu, insyaAllah dengan kalimat ini, ibu menjadi semakin
sabar dan tawakkal kepada Allah bu..”
Apa itu nak, silahkan saja, ibu pasi mendengarkan nasihat dari kamu nak?
“jika suatu masalah itu datang, pasti ada satu faedah yang ingin menhampiri
kita bu.”
“ ya Allah…ia nak…kamu benar..insyaAllah kita sekelaurga menjadi orang yang
selalu tetap bersyukur kepadaNya. “
“ibu menjadi semakin tenang nak setelah mendengar nasihat kamu tadi.”
“ ia bu, kalau ibu sudah tenag, fauzy juga lebih tenang lagi.”
“insyaAllah fauzy akan berusaha mencari tempat kerja”
“fauzy au kerja apa nak?”
“fauzy mau kerja yang ada ngajar-ngajarnya bu, kayak tempat les privat bu,
biar fauzy bisa bantu ibu nyari nafkah disini, nanti kalau fauzy udah kerja ibu
dan ayah g usah lagi ngirim ke sini, insyaAllah cukup bu.”
“ia nak ibu ngizinin apa yang ingin kamu lakukan selagi itu halal nak.”
“ ibu…ayah diaman ya..?”
“ayah mu ada disini. Kamu mau bicara ama ayah?”
“ ia bu…”
Kemudian, ayah menyambung pembicaraan kami.
“assalamualaikum nak…gimana kabarnya nak?” dengan suara tua ayahku.
“waalaikumussalam…ayah” sahutku dengan lembut.
“ayah dari mana?”
ayah baru saja dari luar rumah nak”
“ayah gimana kabarnya, ayah sehat-sehat saja kan yah?”
“ia nak ayah sehat saja,” melihat ibu menangis, ayah pun ngasih nasihat ke
aku.
“nak, kamu g usah mikirin ayah dan ibu disini, rezeky itu pasti datang
asalkan kita masih mau akan rezeky yang Maha Kuasa itu nak. Kalau yang sudah
terjadi biarknlah berlalu nak. Pasti rezeky lain dari Allah pasti ingin
mendatangi kita lagi nak. “ dengan suara lelah ayah dengan berusaha dengan
suara tegas..
“ia ayah„,fauzy tetap bersyukur ko yah dengan keadaan kita yah…kalau kita
membandingkan dengan orang-orang yang punya harta lebih, nanti akan menjadi
penyakit buat kita kan yah…”
“ia nak….baik-baik disana ya nak..”
“ ia ayah….ayah udah dulu ya..pulsanya udah mau habis„,dan fauzy mau
ngerjakan tugas kuliah besok yah. Salam buat ibu dan kelurga di kampung ya
yah„ibu tetap tenang dan sabar ya yah..”
“ooo„ia nak…” suara ayah semakin menegecil karena kelelahan di siang
harinya.
“ wassalamualaikum yah..”
“waalaikumussalam nak..”
Aku pun langsung mematikan hp, dan menangis. Aku terharu dengan sifat ayah
yang penyabar dan tegar walaupun ayah sudah tua. Kenapa aku tidak bisa seperti
ayah, padahal aku belum mersakan seberat apa yang sudah dilakukan ayah stiap
hari untuk kelurganya. Aku sudah sering mengeluh hanya masalah-masalah kecil
yang aku hadapi. Ya Allah berikanlah keberkahan hidup kepada ayah dan ibu ku.
Rahmatilah setiap usaha mereka, mereka sudah berusaha dengan susah payah
memperjuangkan kami sebagai anak-anaknya. Ayahku adalah orang yang bertanggung
jawab…ibu ku adalah orang yang selalu berusaha mengsuh kami sampi kami menjadi
dewasa. Jadikanlah mereka orang tua seperti orang ua yang selalu engkau
anjurkan ya Allah, dan jadikanlah kami anak seperti anak nabi Ibrahim
yaitu seperti nabi Ismail yang selalu rela berkorban untuk ayahnya karena
perinta Mu ya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar